BAB I
1.1. Latar Belakang Masalah
Kabupaten Bireuen adalah kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh
Utara pada tahun 2004. Kabupaten Bireuen terletak sebelah utara berbatasan
dengan Selat Malaka, sebelelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener
Meriah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya, dan sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara. Luas wilayah Kabupaten Bireuen ±
1.901,21 Km2 dan memiliki 17 (Tujuh Belas) Kecamatan dan 75 (Tujuh Puluh Lima )
Kemukiman. Kabupaten terdiri dari 609 (Enam Ratus Sembilan) Desa. Mata
pencaharian penduduk terdiri dari 50% sebagai petani, 10% nelayan, 20%
pedagang, 10 % pegawai negeri, dan 10% wiraswasta. Dari seluruh jumlah penduduk
terdiri dari penduduk produktif, tetapi masih kurang dari segi ekonomi, skill,
bahan maupun alat.
Dalama rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka
pemerintah harus melakukan sensus pertanian dengan sangat maksimal. Tujuannya
yaitu untuk meningkatkan hasil pangan petani melalui sensus pertanian. Karena
adanya keluhan dari masyarakat tentang kesalahan pendataan sensus sebelumnya
mengakibatkan tidak meratanya pendataan dibidang pertanian sehingga banyak
masyarakat yang tidak mendapatkan perhatian pemerintah.
Kesalahan dalam perekrutan petugas sensus juga sangat berpengaruh
pada pendataan sensus ekonomi, sehingga banyak petugas sensus tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik dan maksimal. Berdasarkan analisa sistem
perekrutan petugas sensus, selama ini tidak dilakukan secara terbuka dan
kebanyakan hanya orang-orang dekat saja. Proses yang dilakukan ini sangat
berakibat bagi kelancaran dan ketepatan akan tugas yang dipikul oleh petugas
sensus, sehingga sering terjadi kesalahan.
Berdasarkan permasalahan diatas perlu perlu adanya sebuah sistem
yang dapat membantu dalam proses seleksi calon petugas sensus, sehingga
mendapatkan petugas yang layak dengan kriteria yang telah ditentukan dan
berdasarkan perhitingan metode-metode yang digunakan dalam sebuah aplikasi.
Dari permasalahan yang terjadi pada proses perekrutan Petugas Sensus, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Analisa Sistem Pendukung
Keputusan Perekrutan Petugas Sensus Pertanian Kabupaten Bireuen Menggunakan
Metode AHP dan SAW”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdsarakan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana merancang aplikasi perekrutan petugas Sensus?
2. Bagaimana membuat proses perekrutan petugas sensus yang
transparansi?
3. Bagaimana mengimplementasikan metode AHP dalam menyeleksi
kriteria dan SAW dalam perhitungan hasil akhir pada aplikasi perekrutan Petugas
Sensus?
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup dalam permaslahan yang akan diteliti,
maka yang menjadi batasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya
dilakukan di Kabupaten Bireuen dan hanya tentang perekrutan Petugas Sensus
Pertanian.
2. Aplikasi yang dirancang
menggunakan VB.Net 2005 dan MySql sebagai database.
3. Metode Analitical
Hierarchy Proccess (AHP) digunakan untuk proses pembobotan kriteria dan metode
Simple Additive Weighting (SAW) untuk perhitungan hasil akhir.
4. Kriteria yang digunakan
adalah data Usia, Pendidikan Terakhir, Tes Wawancara, Tes Tulis, dan
Pengalaman.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Adanya keterbukaan dalam
proses perekrutan petugas Sensus Pertanian.
2. Adanya sebuah aplikasi
yang dapat melakukan perhitungan berdasarkan kriteria sehingga perekrutan
petugas sensus yang tepat.
3. Memberikan kemudahan
dalam proses perekrutan petugas Sensus Pertanian.
1.5. Manfat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan kemudahan
dalam perekrutan Petugas Sensus.
2. Menambah pengetahuan
bagi program pemerintah tentang perlunya transparansi dalam perekrutan.
3. Menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang Perekrutan Petugas Sensus Pertanian.
1.6. Metodelogi Penulisan
Untuk teknik pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini,
penulis berusaha mengumpulkan data yang diperlukan secara lengkap terutama
untuk menunjang kelengkapan laporan ini. Adapun metode dan teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data ini :
1. Wawancara (Quisioner
antara Mahasiswa dan Petugas Sensus Pertanian)
Wawancara merupakan
proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan
wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu mengali
pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
wawancara diperlukan keterampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi
dengan responden.
2. Studi pustaka
Dalam penelitian ini, penulis
mencari dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurna, artikel-artikel laporan
penelitian dan bahan-bahan yang diperoleh dari internet yang berkaitan dengan
topic pembahasan skripsi dan membahas secara tentang perekrutan petugas sensus
pertanian.
3. Pengamatan (observasi)
Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
serta mempelajari permasalahan yang ada dalam membangun sistem Sehingga
memperoleh data yang dapat digunakan dalam penyusunan skripsi ini, mudah
dimengerti oleh komputer, maka dilakukan penulisan jika desainnya detail maka
penulisan program dapat dicapai.
1.7. Sistematika Penulisan
BAB l PENDAHULUAN
Bab pendahuluan, terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB ll LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian, teori
yang menjadi dasar dalam pemecahan masalah, juga teori-teori lain yang
mendukung penelitian yang dibuat.
BAB lll ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Berisi uraian tentang analisis kebutuhan sistem, perancangan ERD
(entity relationship diagram), perancangan database dan perancangan antar muka
sistem.
BAB lV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini berisi penjelasan tentang strategi pengujian dan
teknik pengujian yang di lakukan.
BAB V IMPLEMENTASI
Bagian ini berisi penjelasan tentang lingkungan implementasi (OS,
perangkat keras dan bahasa pemograman yang digunakan), file-file implementasi
analisa dan perancangan sistem dari masing-masing class (relasinya).
BAB Vl PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan data saran terhadap seluruh kegiatan
tugas akhir yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesatuan.
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang tidak
dapat dipisahkan nntara satu dengan yang lainnya yang beroperasi secara
bersama-sama untuk mencapai beberapa sasaran atau tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa ahli mengembangkan definisi sistem diantaranya adalah
sebagai berikut :
James Havery (2009) mendefinisikan sistem adalah ”prosedur logis
dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu
dengan lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha
mencapai suatu yang telah ditentukan”.
John Mc Manama (2009) mendefinisikan sistem adalah ”sebuah
struktur konseptul yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan
yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan secara efektif dan efisien.
Mengacu pada beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah seperangkat elemen yang mana elemen-elemen tersebut mempunyai
sub-sub elemen yang saling berinteraksi antara satu sama lainnya untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
2.2. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan merupakan Sistem berbasis komputer yang
interaktif, yang membantu pengambil keputusan denganmemanfaatkan data dan model
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tak terstruktur (Surbakti, 2002). Ada
yang mendefinisikan bahwa sistem pendukung keputusan merupakan suatu pendekatan
untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan menggunakan
data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah, dan dapat menggabungkan
pemikiran pengambil keputusan (Turban, 2005).
2.2.1 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban. dkk (2005), tujuan dari sistem pendukung keputusan
adalah :
1. Membantu manajer dalam
pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur.
2. Memberikan dukungan atas
pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektivitas
keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi.
Computer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi
secara cepat dengan biaya yang rendah.
5. Peningkatan produktivitas.
Membangunkan satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa
sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan
memungkinkan para anggotanya untuk berada diberbagai lokasi yang berbeda-beda.
Selain itu, produktivitas staf pendukung bisa ditingkatkan. Produktivitas juga
bisa ditingkatkan menggunakan peralatan optimalisasi yang menentukan
caraterbaik untuk menjalankan sebuah bisnis.
2.2.2 Dasar-dasar Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Simon Suryadi dan Ramdhani (2002), model yang
menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase,
yaitu sebagai berikut :
1. Intelligence
Tahap ini merupakan
proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses
pengenalan masalah.Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka
mengidentifikasi masalah.
2. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan,mengembangkan,dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
Tahap ini merupakan proses menemukan,mengembangkan,dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
3. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan.Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplemetasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan.Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplemetasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Dari tahapan-tahapan diatas disimpulkan bahwa konsep sistem
pendukung keputusan terdiri dari :
1. Masalah terstruktur
Merupakan masalah yang
memiliki struktur masalah pada 3 tahapan Simon.Hasil akhir oleh proses
terkoputerisasi tanpa campur tangan manajer.
2. Masalah semi terstruktur
Merupakan masalah yang
memiliki struktur yang memiliki salah satu atau dua tahapan Simon.Penggabungan
antara kebijakan manajer dengan rujukan dari proses terkomputerisasi.
3. Masalah tidak
terstruktur
4. Merupakan masalah yang
tidak memiliki struktur pada tahapan Simon. Masalah yang hanya mampu
diselesaikan dengan kebijakan seorang manajer.
2.2.3 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Dari pengertian sistem pendukung keputusan maka dapat ditentukan
karakteristik antara lain :
1. Mendukung proses
pengambilan keputusan, menitik beratkan pada management of perception.
2. Adanya interface manusia
mesin dimana manusia ( user ) tetap mengontrol proses pemgambilan keputusan.
3. Mendukung pengambilan
keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur,dan tidak tersruktur.
4. Output ditujukan untuk
personil organisasi dalam semua tingkatan.
5. Memiliki
subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi
sebagai kesatuan sistem.
2.2.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan memiliki 4 komponen yaitu (Surbakti,
2002):
1. Data Management.
Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan
diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS).
2. Model Management. Melibatkan
model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model
kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan
analitis, dan manajemen software yang diperlukan.
3. Communication (dialog
subsystem). User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada SPK melalui
subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
4. Knowledge Management.
Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai
komponen yang berdiri sendiri.
Gambar 3.1 Desain Konseptual Sistem Pendukung Keputusan
Sumber : (Surbakti, 2002)
2.2.5 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan
Keuntungan yang akan didapat adalah sebagai berikut (Surbakti,
2002) :
1. Mampu mendukung
pencarian solusi dari masalah yang kompleks.
2. Respon cepat pada
situasi yang tak diharapkan dalam kondisi yang berubah-ubah.
3. Mampu untuk menerapkan
berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi berbeda secara cepat dan
tepat.
4. Pandangan dan
pembelajaran baru.
5. Memfasilitasi
komunikasi.
6. Meningkatkan kontrol
manajemen dan kinerja.
7. Menghemat biaya.
8. Keputusannya lebih
tepat.
9. Meningkatkan efektivitas
manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih singkat dan dengan sedikit
usaha.
10. Meningkatkan
produktivitas analisis.
2.3. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu model pendukung keputuan yang dikembangkan
oleh Thomas L.Saaty. model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah
multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut
Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu reprensentasi dari sebuah
permasalahan yang komplek dalam suatu struktur multi level dimana level pertama
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,
suatu masalah yang komplek dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak
lebih terstruktur dan sitematis.
2.3.1 Kelebihan AHP
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding
dengan metode yang alian karena alasan-alasan sebagai berikut :
Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang
dipilih, sampai pada subkritera yang paling dalam.
Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh pengambil
keputusan.
Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
2.3.2 Prinsip Dasar AHP
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip
yang harus dipahami, diantaranya adalah :
1. Penyusunan Hierarki
yaitu Persoalan yang akan diselesakan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternative, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2. Penilaian kriteria dan
alternatif yaitu Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan
berpasangan. Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 samapi 9
adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
3. Intensitas Kepentingan
Keterangan
4. Kedua elemen sama
pentingnya
5. Elemen yang satu sedikit
lebih penting daripada elemen yang lainnya
6. Elemen yang satu lebih
penting dari elemen lainnya
7. Satu elemen jeles lebih
mutlak penting dari elemen lainnya
8. Satu elemen mutlak
penting dari elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang
berdekatan
9. Kebalikan Jika untuk
aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan J, maka J mendapatkan nilai
kebalikan dibandingi
10. Skala penilaian pada
tabel diatas digunakan untuk mengisi nilai matriks perbandingan berpasangan
yang akan menghasilkan prioritas (bobot/nilai kepentingan setiap elemen)
masing-masing kriteria dan subkriteria.
11. Penetuan prioritas Untuk
setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan. Nilai-nilai
perbandingan kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh
alternatif.
12. Konsistensi logis.
13. Semua elemen
dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan
kriteria yang logis.
2.3.3 Prosedur Metode AHP
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP
meliputi :
1. Mendefinisikan masalah
dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan
yang dihadapi.
2. Penyusunan hierarki
adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran system secara keseluruhan
pada level teratas.
3. Menentukan prioritas
elemen. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
4. Matriks perbandingan
berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan
relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainya.
5. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan
terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan
prioritas.
Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
1. Menjumlahkan nilai-nilai
dari setiap kolom pada matrik.
2. Membagi setiap nilai
kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi
matriks.
3. Menjumlahkan nilai-nilai
dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai
rata-rata.
4. Mengukur konsistensi
5. Konsistensi dapat diukur
dengan cara menghitung (A) (WT) yaitu mengalikan matriks perbandingan
berpasangan dengan bobot prioritas kriteria, setelah itu menghitung nilai lamda
maksimum dengan rumus :
Hitung consitensincy index (CI) dengan rumus :
(CI) = (Lamda maks - n) / n (2,2)
Hitung rasio konsistensi (Consistency ratio) dengan rumus :
CR = CI / RI (2,3)
CI = consistency index
CR = consistency ratio
Dimana RI adalah nilai yang berasal dari table random seperti
table berikut :
Table 3.2 Nilai indexs random
Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR > 01, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.
ERD (Entity Relationnship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram) pertama kali di deskripsikan
oleh Peter Chen (2008) dalam bukunya “The Entity Relationship Model-Toward a
Unifield of Data”. Dalam buku ini Chen mencoba merumuskan dasar-dasar model
setelah itu dikembangkan dan dimodifikasi oleh Chen dan banyak pakar lain. ERD
(Entity Relationship Diagram) adalah pemodelan data utama yang membantu
mengorganisasikan data dalam suatu proyek kedalam entitas-entitas dan
menentukan hubungan antar entitas atau sejumlah notasi dan simbol untuk
menggambarkan struktur dan hubungan antar data. Ada beberapa macam elemen yang
umum digunakan yaitu :
Entitas/Entity adalah suatu tempat atau objek untuk menyimpan
data. Contoh: Entitas buku untuk menyimpan atribut mengenai buku (judul buku,
kode buku, pengarang). Entity digambarkan dengan persegi panjang.
Atribut berfungsi untuk mendeskripsikan entitas dan atribut
mempunyai nilai (harga). Atribut digambarkan dengan simbol ellips.
Relasi/Relationship database adalah kumpulan file yang saling
berkaitan. Pada model data relasi hubungan antar file direlasikan dengan kunci
relasi. Relasi ini digambarkan dengan garis dalam ERD.
Cardinalitas. Terdapat beberapa pengertian key sehubungan dengan
normalisasi dan ERD, antara lain :
Superkey adalah gugus dari sejumlah atribut entiti yang dapat
digunakan untuk mengindentifikasi obyek secara unik.
Candidate key adalah superkeyyang jumlah atribut minimal dan dapat
berdiri sendiri.
Primary key adalah superkey yang dipilih oleh desainer atau
administrator basis data.
2.4. Perangkat Lunak yang Digunakan
2.4.1. Visual Basic.Net
Visual Basic.Net adalah salah satu bahasa pemrograman komputer.
Bahasa pemrograman adalah perintah- perintah yang dimengerti oleh komputer
untuk melakukan tugas –tugas tertentu.
Visual Basic.Net merupakan salah satu Development Tool yaitu alat
bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan
sistem operasi Windows. Visual Basic.Net merupakan salah satu bahasa
pemrograman komputer yang mendukung pemrograman berorientasi objek (Object
Orinted Programming, OOP).
Visual Basic.Net merupakan rilis keempat dari perbaikan
besar-besaran bahasa VB. Secara internal dikenal sebagai VB versi 9.0 dan
dengan pembaruan parallel di Framework.Net versi 3.5 (dalam Mahdi 2008)
2.4.2. MySQL
MySQL adalah sebuah perangkat lunak system manajemen basis data
SQL (DBMS) yang multithread, dan multi-user. MySqladalah implementasi dari
system manajemen basisdata relasional (RDBMS). MySqldibuah oleh TcX dan telah
dipercaya mengelola system dengan 40 buah Database berisi 10.000 tabel dan 500
di antaranya memiliki 7 juta baris.MySql dapat digunakan secara berdiri sendiri
maupun di lekatkan pada bahasa pemograman seperti C, Visual Basic, Delphi dan
lain-lain.
Untuk File Lengkapnya dapat di Download Disini
0 Response to "Analisa Sistem Pendukung Keputusan Perekrutan Petugas Sensus Pertanian Kabupaten Bireuen Menggunakan Metode AHP dan SAW"
Post a Comment